Senin, 22 November 2010

meniti kesempuraaan iman

1. Pernyataan Abdullah bin Baz bahwa Istighatsah
itu syirik.
Dan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim
diriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi Saw
ditanya “Dosa apakah yang paling besar?”, beliau
menjawab “(dosa yang paling besar) ialah kamu
menjadikan (Tuhan) tandingan bagi Allah, padahal
Dia-lah yang telah menciptakanmu”.
Maka setiap orang yang menyeru selain Allah
atau beristighatsah, bernadzar, menyembelih dan
memberikan sesuatu dari jenis ibadah kepada
selain Allah berarti ia telah menjadikannya sebagai
tandingan bagi Allah, baik ia seorang Nabi, Wali,
Malaikat, Jin, Berhala maupun makhluk – makhluk
lainnya.
Adapun meminta tolong kepada seseorang yang
masih hidup serta hadir untuk melakukan sesuatu
yang dalam batas kemampuannya, tidaklah termasuk
perbuatan syirik. Akan tetapi itu merupakan hal
– hal biasa yang boleh dilakukan sesama kaum
muslimin. Sebagaimana yang diabadikan Allah
dalam kisah Nabi Musa.
meniti kesempurnaan iman
“Maka orang yang dari golongannya meminta
pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang
yang dari musuhnya” QS. Al Qashash: 15.
Dan dalam ayat lain tentang Musa, Allah
berfirman: “Maka keluarlah Musa dari kota itu
dengan rasa takut menunggu – nunggu dengan
khawatir” QS. Al Qashash: 21.
Atau sebagaimana seseorang meminta bantuan
teman – temannya dalam peperangan atau dalam
situasi – situasi sulit lainnya, dimana sebagian orang
membutuhkan bantuan sebagian yang lain.
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan
Nabi-Nya Swt untuk memaklumkan kepada
umat manusia bahwa dirinya tidak mempunyai
kemampuan untuk memberi manfaat dan tidak pula
mendatangkan mudharat. Allah Swt berfirman :
“Katakanlah “Sesungguhnya aku hanya
menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan
s e s u a t u p u n d e n g a n - N y a ” . K a t a k a n l a h
“Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan
sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak
(pula) sesuatu kemanfaatan” QS. Al Jin: 20-21.
Dan dalam surat Al A’raaf, Allah berfirman
“Katakanlah “Aku tidak berkuasa menarik
meniti kesempurnaan iman
kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah
aku membuat kebajikan sebanyak – banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa
berita gembira bagi orang – orang yang beriman”
QS. Al A’raaf: 188.
Dan banyak lagi ayat – ayat yang semakna
dengannya.
Nabi Saw tidak berdoa kecuali kepada
Tuhannya dan tidak meminta pertolongan melainkan
kepada-Nya. Ketika perang Badr, beliau (saw)
memohon bantuan (istighatsah) dan pertolongan
untuk mengalahkan musuhnya kepada Allah Swt.
Tidak henti – hentinya beliau (saw) memohon dan
bermunajat kepada Allah seraya berkata
“Wahai Tuhanku! Tunaikanlah apa yang telah
Engkau janjikan kepadaku!”, sampai – sampai
Abu Bakar As-Shiddiq merasa belas kasihan
kepadanya dan berkata “Cukuplah sudah, wahai
Rasulullah engkau bermunajat kepada Tuhanmu.
Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janji-
Nya kepadamu”.
meniti kesempurnaan iman
Lalu Allah menurunkan firman-Nya:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
kepada Tuhanmu lalu diperkenankan-Nya bagimu:
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat
yang datang berturut – turut”. Dan Allah tidak
menjadikannya (mengirim bala bantuan itu),
melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu
menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan
itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” QS. Anfaal:
9-10.
Di dalam ayat – ayat ini, Allah mengingatkan
mereka saat mereka memohon bantuan kepada-
Nya.
Kemudian Allah mengabarkan bahwa Dia telah
mengabulkan permintaan mereka dengan mengirim
bala bantuan malaikat – malaikat.
Kemudian Dia menjelaskan bahwa kemenangan
yang mereka raih itu bukan karena bantuan malaikat
itu, akan tetapi hanya sekedar untuk menentramkan
hati mereka dengan kemenangan itu datangnya
dari sisi Allah. dan di dalam surat Ali Imran, Allah
Swt berfirman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar